Ada
kecantikan yang lebih tinggi daripada kecantikan fisik. Kecantikan yang patut
didambakan dan diistimewakan bagi setiap pribadi wanita muslimah. Kecantikan
yang tak lekas layu, kecantikan yang tetap mekar dan bertambah anggun setiap
kali dirawat dengan keshalihan. Adalah kecantikan hati, kecantikan yang lahir
dari dalam diri, kecantikan yang lebih abadi dan bercahaya serta dapat
memancarkan pesona luar biasa bagi pemiliknya. Senada dengan ungkapan Rumi
penyair Persia, the only lasting beauty is the beauty of the heart.
Kecantikan abadi adalah kecantikan hati.
Kecantikan
hati melahirkan budi pekerti atau akhlak terpuji. Pada dasarnya akhlak secara
bahasa berarti watak. Sedangkan secara istilah akhlak adalah kebiasaan, tabiat
atau watak di dalam diri yang menjadi sumber terjadinya perbuatan, tanpa ada
unsur rekayasa ataupun pura-pura. Akhlak yang baik lahir dari hati yang cantik,
bersih dan suci. Sebaliknya akhlak yang buruk lahir dari hati yang buruk, kotor
dan gelap. Wanita dengan segala keindahannya ingin selalu tampil cantik, namun
yang harus diperhatikan cantik sejati tak sebatas hanya pada penampilan lahir
saja. Namun kecantikan batin atau hati adalah yang paling utama dan agung yang
sudah semestinya menghiasi pribadi setiap wanita muslimah.
Wanita
muslimah, hendaknya selalu mempercantik diri dengan mengasah budi pekerti dan
menjaga etika. Dalam hal ini Islam menganjurkan bagi setiap muslimah untuk
menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan yang baik dalam berperilaku
dan berbudi pekerti. Karena beliaulah utusan Allah SWT sang penyempurna akhlak
(budi pekerti) manusia. Firman Allah SWT, “Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah”. (QS. Al-Ahzab: 21). Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Ahmad dari
Abu Hurairah menyatakan bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda, “Sesungguhnya
aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak”. (HR. Ahmad).
Rasulullah
SAW sang penyempurna akhlak memiliki sifat-sifat terpuji yang sangat istimewa.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari
Atha bin Yassar, ia berkata: “Saya pernah bertemu dengan Abbdullah bin Amru bin
al-Ash dan saya berkata kepadanya, ‘Beritahukan kepadaku mengenai sifat-sifat
Rasulullah SAW dalam Taurat, beliau dihiasi dengan beberapa sifat pada dirinya
yang juga disebutkan dalam Al-Qur’an, seperti ‘Hai Nabi, sesungguhnya Kami
mengutusmu untuk jadi saksi, pembawa kabar gembira, pemberi peringatan,
pelindung orang-orang yang buta huruf (ummi), engkaulah hamba utusan-Ku. Aku
namai engkau orang yang berserah diri (al-mutawakkil). Dia bukanlah orang yang
galak, kasar, bersuara lantang di pasar-pasar, juga tidak membalas kejelekan
dengan kejelekan, akan tetapi malah dengan memaafkan dan mengmpuni. Allah tidak
akan memanggilnya (mewafatkannya) sebelum ia meluruskan kembali agama yang
bengkok dengan kesaksian tiada Tuhan selain Allah, membukakan mata yang buta,
telinga yang tuli, dan hati yang lalai.”
Rasulullah
pun tak pernah berbuat kasar, baik terhadap keluarganya, pembantunya ataupun
kepada orang yang mencacinya. Diriwayatkan dari Aisyah RA, ia berkata, “Rasulullah
SAW tidak pernah memukul sesuatupun dengan tangannya baik istri maupun
pembantunya, kecuali saat berjihad di jalan Allah. Beliau tidak pernah dilapori
sesuatu lalu menghukum pelakunya kecuali jika kamu benar-benar telah melanggar
batas-batas keharaman Allah maka beliau pun akan menghukumnya demi Allah SWT”.
Dari
Anas RA, ia berkata, “Saya menjadi pelayan Nabi SAW selama 19 tahun dan
selama itu belum pernah sekalipun beliau berkata kasar atau mencela saya, baik
terhadap apa yang saya lakukan maupun yang belum saya kerjakan.” (HR.
Bukhari)
Dalam
hadis lain yang bersumber dari istri nabi SAW, Aisyah RA ia berkata bahwasanya
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Hai Aisyah, sesungguhnya Allah adalah Sang
Maha Lembut yang menyukai kelembutan dan memberikan bagian tertentu pada
kelembutan yang tidak diberikan-Nya pada kekerasan ataupun pada yang lain”.
(HR. Muslim)
Begitu
mulianya akhlak baginda Rasulullah SAW karena akhlak beliau adalah Al-Qur’an. Pernyataan
ini sejalan dengan hadis yang diriwayatkan oleh Muslim bahwasannya Sa’ad bin
Hisyam bin Amir bertanya kepada Sayyidah Aisyah RA, ia berkata, “Wahai Ummul
Mukminin, ceritakanlah kepadaku mengenai akhlak nabi SAW?”. Ia balik bertanya,
“Apakah kamu tidak membaca Al-Qur’an?”. Ia pun berkata, “Sesungguhnya akhlak
Nabi SAW adalah Al-Qur’an”.
Berbahagialah
wanita muslimah yang setiap waktunya senantiasa berusaha memperbaiki kualiatas
akhlak dirinya. Karena kelak akan menjadi tetangga terdekat Nabi Muhammad SAW
pada hari kiamat, dimana di hari itu tidak ada syafaat selain syafaat dari
beliau. Hal ini dikisahkan dalam sebuah hadis dari Jabir bin Abdullah ia
berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling aku
cintai di antara kalian dan paling dekat tempat tinggalnya denganku pada hari
kiamat kelak di antara kalian adalah orang yang paling baik budi pekertinya.
Dan orang yang paling aku benci di antara kalian dan paling jauh tempat
tingggalnya denganku pada hari kiamat adalah orang yang banyak mulut, bermulut
usil dan bermulut besar atau sombong”. (HR. At-Tirmidzi)
Allah
SWT pun menjamin setiap hamba-hambanya yang selalu berbuat amal baik dengan
kehidupan yang baik dan balasan amal berupa surga. Allah SWT berfirman, “Barang
siapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan sesunggunya akan kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. An-Nahl: 97)
Dalam membangun kecantikan
hati dalam diri diperlukan keselarasan sikap-sikap positif secara sadar dan
ikhlas. Setiap perbuatan positif yang diniatkan untuk beribadah karena Allah
SWT akan membuahkan kenikmatan dan ketenangan batin. Berikut ini adalah sikap-sikap positif yang dapat mempercantik
kepribadian diri seorang muslimah dalam meraih kehidupan dunia dan akhirat yang
diridhai Allah SWT. Antara lain:
1.
Malu Sebagian dari Iman
Rasa malu merupakan fitrah dan sifat
asli wanita sedangkan bagi laki-laki malu adalah sifat terpuji. Setiap wanita
muslimah pada dasarnya memiliki rasa malu dalam dirinya yang telah tertanam
sebagai fitrah bagi wanita. Malu adalah sifat yang membangkitkan keinginan
untuk meninggalkan perbuatan buruk dan mencegah seseorang untuk merebut hak
orang lain.
Bagi wanita muslimah rasa malu
merupakan mahkota kemuliaan dan kewibaannya sehingga dapat membuat orang-orang
di sekelilingnya memberikan rasa hormat, perilaku yang sopan dan tutur kata
yang baik. Refleksi rasa malu ini direalisasikan oleh wanita muslimah melalui
ketaatannya menjalankan perintah Allah SWT yakni dengan selalu menjaga
pandangan, menjaga kemaluan, dan menutup auratnya dengan berbusana muslimah.
Sebagaimana firman Allah SWT yang termaktub di dalam Al-Qur’an, “Katakanlah
kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan
memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali
yang biasa tampak darinya. Dan hendklah mereka mereka menutupkan kain
kerudung dadanya dan janganlah
menampakkan perhiasannya...”. (QS. An-Nur: 31)
Rasa malu bukanlah ahlak tercela
yang menimbulkan kerugian melainkan rasa malu adalah sebagian dari iman. Hal
ini disebutkan dalam hadis-hadis nabi SAW dari Abdullah bin Umar RA ia berkata,
“Rasulullah SAW menghampiri seorang laki-laki yang sedang mencela saudaranya
yang pemalu sambil berkata, “Kamu sok pemalu!”. Seolah-olah ia ingin
mengatakan bahwa sifat malu akan membawa kerugian bagimu. Rasulullah SAW pun
menukas, “Biarkan dia, sesungguhnya malu itu sebagian dari iman”. (HR.
Bukhari)
Akhlak
yang baik dapat berdiri kokoh di atas keteguhan iman. Dan rasa malu adalah yang
menghiasi akhlak tersebut sehingga menjadi bagian dari keimanan. Apabila tidak
ada rasa malu maka hilanglah iman dan akhlak. Dalam hadis yang senada
dijelaskan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Iman itu ada
tujuh puluh tiga cabang, yang paling utama adalah ucapan Laa ilaha illallah dan
yang paling rendah adalah menyingkirkan duri dari jalanan sedangkan malu adalah
sebagian dari iman”. (HR. Muslim)
Iman dan rasa malu senantiasa
beriringan karena keduanya menganjurkan kepada perbuatan yang baik dan mencegah
keburukan. Iman akan membawa seorang berbuat taat dan menjauhi maksiat.
Sedangkan rasa malu akan mengingatkan seseorang untuk selalu bersyukur terhadap
segala nikmat yang diberikan dan selalu berusaha menjaga hak-hak orang lain.
Rasulullah SAW bersabda, “Malu dan iman senantiasa beriringan. Apabila yang
satu hilang maka hilanglah yang lain”.
Bahkan nabi Muhammad SAW Sang
penyempurna budi pekerti memiliki sifat malu. Sebagaimana telah dikisahkan
dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Sa’id Al-Khudry
bahwasanya Rasulullah SAW adalah pemalu dan sifat malu nya melebihi gadis
pingitan. Apabila Rasulullah SAW membenci sesuatu dapat terliht jelas dari
mimik dan ekspresi wajah beliau. Dan beliau pun berpesan untuk selalu menjaga
rasa malu dan menjadikan rasa malu sebagai ciri khas/ikon ahlak dalam Islam. Dijelaskan
dalam hadis yang diriwayatkan Ibnu Majah dari Anas RA, Rasulullah SAW bersabda,
“Setiap agama memiliki etika dan etika Islam adalah malu”.
Wanita muslimah, rasa malu bukanlah
batu penghalang untuk terjun dalam kehidupan sosial, mencari kebenaran,
menambah pengetahuan dan beramar makruf nahiy munkar. Sebagaimana yang
dicontohkan Ummu Sulaim Al-Ansari dalam belajar agama, beliau tidak malu
bertanya kepada Rasulullah SAW perihal sesuatu yang belum diketahuinya. Dalam sebuah
hadis yang diriwayatkan Zainab binti Abu Salmah dari Ummu Salamah Ummul
Mukminin, ia berkata, “Ummu Sulaim istri Abu Thalhah datang menghadap
Rasulullah SAW kemudian berkata, “Wahai Rasulullah, Allah tidak merasa malu
terhadap kebenaran, apakah perempuan harus mandi ketika mengalami mimpi basah?’
Rasulullah SAW menjawab, “Ya, apabila dia melihat air”.
Wahai wanita muslimah, janganlah
sampai rasa malu hilang dalam diri kita sebab apabila kita tidak memiliki rasa
malu maka tidak ada lagi benteng yang menjaga keimanan kita kepada Allah SWT.
Sebab hilangnya rasa malu akan mengakibatkan seseorang berbuat sesukanya dan
mengarah pada perbuatan negatif seperti kemaksiatan, kedzaliman, kebohongan,
kemurkaan, keingkaran, serta kekufuran sehingga syaitan yang akan berkuasa atas
orang-orang yang kehilangan rasa malu dan mereka akan digiring ke dalam neraka
Jahanam. Na’udzubillah. Allah SWt berfirman, “Berbuatlah apa yang kamu
kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS.
Fushiat: 40)
2.
Menjaga Lisan
Lidah tak bertulang. Itulah ungkapan
yang sering kita dengar dari kebanyakan orang. Kenyataannya memang lidah tak
memiliki tulang. Ia hanyalah potongan daging yang berada di dalam mulut akan
tetapi apa jadinya mulut tanpa lidah. Tentunya seseorang akan kesulitan
mengecap rasa, berbicara dan yang paling buruk adalah penampilannya tidak
sempurna. Untuk itu betapa besar nikmat Allah SWT telah diberikan kepada kita
berupa nikmat memiliki lidah patut disyukuri dengan menjaga lisan. Karena
setiap ucapan yang dikeluarkan akan dicatat dan akan dimintai
pertanggungjawabannya kelak. Firman Allah SWT “Tiada suatu ucapan pun yang
diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”.
(QS. Qaf: 18)
Untuk itu, bagi setiap wanita
muslimah hendaknya selalu menjaga tutur katanya agar tidak terjerumus pada
kesalahan lisan yang sering dilakukan kebanyakan orang. Sebagaimana hadis yang
dikisahan dari Ibnu Mas’ud ia berkata aku mendengar Rasululllah SAW bersabda, “Sesungguhnya
kesalahan terbanyak keturunan Adam (manusia) adalah pada lidahnya”. (HR.
Baihaqi)
Perkataan yang terucap dari bibir dapat
mengantarkan seseorang pada keagungan surga dan dapat menjadikannya terjerembab
ke dalam neraka. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya
ada seorang hamba yang hanya berbicara sepatah kata yang diridhai Allah dan dia
tidak terlalu memperhatikannya, namun dengan sepatah kata itu Allah
mengangkatnya beberapa derajat ke Surga. Sementara ada seorang hamba yang hanya
membicarakan sepatah kata yang dimurkai Allah dan dia sama sekali tidak
memikirkannya, namun karena sepatah kata itu pula Allah melemparkannya masuk ke
dalam neraka”. (HR. Bukhari)
Rasulullah SAW berpesan untuk
bertutur kata yang baik karena tutur kata yang baik dapat menjadi sedekah bagi
pelakunya. Rasulullah SAW bersabda, “Tutur kata yang baik adalah shadaqah”.
(HR. Bukhari). Dan apabila tidak dapat bertutur kata yang baik maka Rasulullah
SAW memerintahkan untuk diam, karena diam adalah lebih baik dan membawa
keselamatan. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barang
siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia berbicara
baik atau diamlah”. (HR. Bukhari). Dalam hadis lain dikisahkan dari Uqbah
bin Amir ia bertanya kepada Rasulullah SAW, ‘Wahai Rasulullah SAW apa kunci
selamat itu?’. Beliau menjawab, ‘Jagalah lisanmu, lapangkanlah rumahmu, dan
tangisilah dosa-dosamu.” (HR. At-Tirmidzi)
Diam lebih utama daripada berbicara
yang tidak ada manfaatnya dan dapat menyakiti perasaan orang lain. Diam
memiliki keutamaan besar yakni akan selamat dari bahaya dan malapetaka. Karena
lisan yang tidak terjaga akan menjeremuskan ke dalam perbuatan dosa. Dari Anas
bin Malik RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan lurus keimanan
seorang hamba sampai hatinya benar-benar lurus, dan tidak akan lurus hatinya
sampai lidahnya benar-benar lurus. Tidak akan masuk surga orang yang
tetangganya tidak aman dari keusilannya”. (HR. Ahmad)
Hasan Al-Basri menuturkan bahwa
lisan orang beriman berada di belakang hatinya sehingga apabila ingin berbicara
sesuatu, ia akan memikirkannya terlebih dahulu dengan hatinya, barulah kemudian
meneruskan ke ucapannya. Berbeda dengan orang munafik, yang lisannya berada di
depan hatinya sehingga jika ia menginginkan sesuatu maka secara langsung akan
ia kemukakan tanpa menggunakan hatinya.
Mengenai pentingnya menjaga lisan,
Umar bin Khathab memberikan nasihat, “Bahwasannya orang yang banyak
berbicara maka ia akan banyak kesalahan. Barang siapa yang banyak berbuat
kesalahan maka ia banyak dosanya. Dan barang siapa yang banyak dosanya maka ia
akan menjadi penghuni neraka. Sahabat Abu Bakar yang sangat berhati-hati
menjaga lisan selalu mengingatkan sambil memegang lidahnya ia berkata “Inilah
yang menyeretku pada beragam kebinasaan”.
Bagi para wanita muslimah hendaknya
selalu menjaga lisan sesuai dengan syariat Islam. Bertutur katalah yang baik
dan santun serta jauhilah perbuatan-perbuatan berikut ini:
a.
Perkataan Sia-sia
Perkataan yang penuh manfaat dan
nasihat lebih berkualitas dari pada perkataan yang tidak penting dan sia-sia.
Rasulullah SAW besabda, “Termasuk bukti kebaikan kualitas Islam seseorang
adalah apabila dia bisa meninggalkan apa yang tidak penting baginya”. (HR.
At-Tirmidzi)
b.
Berkata Bohong
Hindari berkata bohong karena
berbohong bukanlah ciri-ciri orang beriman. Antara kebohongan dan keimanan
keduanya tidak dapat bersatu. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak
beriman seorang hamba dengan keimanan yang sepenuhnya sampai ia meninggalkan
bohong meski dalam bercanda dan meninggalkan perdebatan meskipun dalam posisi
yang benar”. (HR. Ahmad)
Allah SWT berfirman, “Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah engkau kepada Allah SWT dan katakanlah
perkataan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki amalan-amalanmu dan
mengampuni dosa-dosamu. Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya maka
sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar”. (QS. Al-Ahzaab: 71)
c.
Menggunjing (ghibbah)
Menggunjing adalah menyebut-nyebut
keadaan saudara sesama muslim dengan sesuatu yang tida disukainya jika ia
sampai mengetahuinya, baik membicarakan kekurangan yang ada pada fisiknya,
keburukan sifatnya maupun kelemahannya dalam agama. Perbuatan ini termasuk perbuatan
yang sangat berbahaya dan paling menyakitkan. Di dalam Al-Qur’an dijelaskan
bahwa orang yang menggunjing orang lain ibarat memakan daging bangkai
saudaranya sendiri tentulah hal ini sangat menjijikan. (QS. Al-Hujurat: 12)
Dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW
bersabda, “Ketika di-mi’rajkan, aku melewati sekelompok orang dengan
kuku-kuku dari tembaga yang sedang mencakar-cakar muka dan dada mereka sendiri.
Aku penasaran dan bertanya, ‘Siapa gerangan mereka ini, hai Jibril?’ Ia
menjawab, ‘Mereka adalah orang-orang yang gemar makan daging manusia
(menggunjing) dan melecehkan kehormatan orang lain”. (HR. Abu Daud)
d.
Mengadu Domba (namimah)
Mengadu domba atau provokasi
merupakan kejahatan lisan yang dapat membawa pelakunya menjadi penghuni neraka.
Perbuatan ini sangat terlarang dan dapat menimbulkan perpecahan. Sabda
Rasulullah SAW, “Tidak akan masuk surga orang yang gemar melakukan adu domba
atau memecah belah”. (HR. At-Tirmidzi). Allah SWT memerintahkan untuk
selalu waspada terhadap perilaku orang-orang yang hendak memecah belah keadaan.
Dia berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, apabila datang kepadamu orang
yang fasik yang membawa suuatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu
tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya
yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. (QS. Al-Hujurat:6)
Adapun sifat-sifat orang yang senang
melakukan perbuatan provokasi adalah gemar mencela dan menyebarkan fitnah
sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah SWT, “Dan janganlah kamu ikuti
setiap orang yang bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian kemari
menghambur fitnah”. (QS. Al-Qalam: 10-11)
e.
Menghina Orang Lain
Lisan yang telah Allah karuniakan
janganlah sampai disalahgunakan untuk melakukan perbuatan yang dibenci-Nya yaitu
menghina atau mengolok-olok orang lain. Perbuatan ini tidaklah pantas dilakukan
wanita muslimah kepada orang lain ataupun sesama muslim lainnya. Menghina
adalah bentuk kesombongan diri yang tidak disadari. Padahal belum tentu yang
menghina lebih baik daripada yang dihina. Bisa jadi yang menghina lebih buruk
keadaannya.
Firman Allah SWT, “Hai
orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain
(karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik daripada mereka
(yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokan)
wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanota (yang diperolok-olokkan)
lebih baik daripada wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela
dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar yang buruk.
Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang
siapa tidak bertaubat maka mereka itulah orang-orang yang zalim”. (QS.
Al-Hujurat: 11)
f.
Menyumpahi atau Mengutuk
Menyumpahi atau mengutuk adalah
perbuatan yang tidak boleh dilakukan baik terhadap manusia, hewan, tumbuhan
atau pada benda mati sekalipun. Mengutuk berarti mengusir dan menjauhkan orang
yang dikutuk dari lingkaran rahmat Allah SWT.
Dalam sebuah hadis diceritakan bahwa
Rasulullah SAW pernah mendoakan keburukan bagi orang musyrik dan mengutuk
mereka dalam shalat beliau selama enam bulan. Lalu turunlah peringatan dari
Allah SWT yang berbunyi, “Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan
mereka, atau menerima tobat mereka atau mengazab mereka karena sesungguhnya mereka itu orang-orang
yang zalim”. (QS. Ali Imran: 128)
Dari Samrah bin Jundub bahwa
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Janganlah kalian mengutuk dengan ketukan
Allah juga dengan kemurkaan-Nya ataupun dengan neraka.” (HR. At-Timidzi)
3.
Menahan Amarah dan Memaafkan
Menahan amarah dan mau memaafkan
adalah dua hal yang saling berkesinambungan dan kedua sifat itu hendaknya menjadi
akhlak yang melekat pada pribadi wanita muslimah. Tak tanggung-tanggung Allah
SWT akan memberikan kenikmatan surga yang luasnya seluas langit dan bumi untuk
hamba-Nya yang mampu menahan amarah dan mau memaafkan.
Dijelaskan dalam firman-Nya, “Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhan-mu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. (QS. Ali Imran: 133-134)
Marah itu letakknya di hati.
Kemarahan yang dahsyat berarti meluapnya darah di dalam hati yang menuntut
pembalasan dan tak akan tenang selama belum melampiaskan amarahnya itu. Dan
ketika manusia dalam kondisi tersebut sesungguhnya syaitan lebih berkuasa
sehingga seseorang yang sedang marah wajahnya akan berubah kemerahan dan
mengerikan. Kata-kata yang dikeluarkan adalah kata-kata kasar.
Begitu pula dengan sikapnya, orang
yang sedang marah akan melakukan hal-hal di luar batas kewajaran. Dia akan
menyerang musuhnya, atau melampiaskan kemarahannya pada benda di sekitar bahkan
juga dirinya sendiri. Kehalusan dan kelembutannya sudah tidak ada lagi. Hanya
api kemarahan yang lama kelamaan membakar seluruh dirinya dan merugikan
kehidupannya. Untuk itu, tahanlah amarah dengan cara menenangkan diri dan mau
memaafkan orang lain. Ingatlah, bahwa surga yang akan menjadi imbalannya.
Sebagaimana hadis Rasulullah SAW, “Janganlah kamu marah, bagimu surga”.
Rasulullah SAW pernah berada dalam
kondisi yang membuat beliau sangat marah dan sedih. Yaitu pada perang Uhud, Hamzah
paman beliau dibunuh dan jasadnya dicabik-cabik oleh hindun istri Abu Sufyan.
Hati Rasulullah SAW sangat sakit melihat pamannya diperlakukan layaknya
binatang sehingga beliau pun geram dan mengeluarkan kata-kata balas dendam.
Dari peristiwa tersebut Allah SWT segera memperingatkan Rasulullah SAW untuk
bersikap tenang dan membimbing beliau dengan firman-Nya:
“Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhan-mu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk. Dan jika kamu memberikan balasan, maka
balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan
tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang
yang sabar. Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan
dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran)
mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat
kebaikan”. (QS. An-Nahl:
125-128)
Menahan amarah juga pernah
dicontohkan Abu Bakar Ash-Shidiq. Suatu kali Abu Bakar pernah dicaci maki oleh
seorang laki-laki. Namun Abu Bakar tidak membalas cacian tersebut, melainkan ia
berkata kepada si pencaci, “Aib yang ditutup darimu lebih banyak lagi”. Dan
setelah itu Abu Bakar lebih memperhatikan dan memperbaiki aib/kekurangan
dirinya daripada mencari-cari aib orang lain. Sikap yang sama dilakukan oleh
Ar-Rabi’ bin Khaitsam. Dia belajar mempraktekan menahan amarah dari
guru-gurunya dari kalangan sahabat seperti Abu Bakar. Ketika ia dicaci maki ia
segera berkata, “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataanmu dan
sesungguhnya jalan menuju surga bertebar rintangan. Apabila aku sanggup
melewatinya apa yang kamu ucapkan tidak akan merugikanku dan apabila aku tidak
dapat melewatinya berarti aku lebih buruk dari apa yang kamu katakan”.
Wanita muslimah, setelah mengetahui
orang-orang shaleh yang dapat menahan amarahnya serta dapat memaafkan orang
yang mendzaliminya maka seyogyanya sebagai wanita muslimah dapat meniru
akhlak-akhlak beliau sehingga nantinya termasuk dalam golongan orang-orang yang
sabar. Orang sabar bukanlah orang yang didzalimi lalu bersabar. Orang sabar
adalah ketika dia didzalimi dan memiliki kemampuan untuk membalasnya akan
tetapi dia lebih memilih memaafkan orang
yang mendzaliminya.
Sifat mau memaafkan orang lain akan
membuat pelakunya dekat dengan takwa dan mendapatkan kehormatan dari Allah SWT.
Firman Allah SWT, “...dan pemaafan kamu itu lebih dekat dengan takwa”. (QS.
Al-Baqarah: 237). Dan Rasulullah SAW bersabda, “Shadaqah tidak akan
mengurangi hartamu sedikitpun, dan seseorang tidak memaafkan sebuah kedzaliman
(terhadap dirinya) kecuali Allah akan menambahkan kehormatan pada dirinya”.
(HR. Abu Hurairah)
Selain itu bersikap baik terhadap
orang yang telah berbuat dzalim adalah perbuatan terbaik yang nantinya akan
menimbulkan rasa cinta di dalam hati musuh. Karena pada dasarnya kebaikan dan
kejahatan tidaklah sama. Senada dengan firman Allah SWT, “Dan tidaklah sama
kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik,
maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah
telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan
melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan
kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan besar”. (QS. Fushilat:
34-35)
4.
Dermawan
Allah SWT Sang Maha Pemurah dan
kemurahan-Nya akan dikaruniakan bagi hamba-hambaNya yang memiliki sifat sesuai
asma Allah Yang Maha Pemurah yakni bersikap pemurah atau dermawan. Dia akan
melapangkan rizki berlipat ganda kepada orang-orang yang menafkahkan hartanya
di jalan Allah. Dan Allah SWT berfirman, “Siapakah yang mau memberi pinjaman
kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkah hartanya di jalan Allah), maka
Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak.
Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu
dikembalikan”. (QS. Al-Baqarah: 245)
Bentuk dari sikap dermawan antara
lain membayar zakat, memberikah suguhan kepada tamu dan membantu kesulitan
hidup orang lain. Sabda Rasulullah SAW, “Telah bebas dari kebakhilan orang
yang menunaikan zakat, menyuguhi tamu dan memberi di tengah kesulitan hidup”.
Memberi hadiah kepada kerabat,
tetangga atau pun teman juga merupakan bentuk lain dari sikap dermawan.
Perbuatan ini dapat memperat tali silaturahim antar sesama muslim dan
melahirkan rasa kasih sayang. Dari Abdullah bin Al-Khurasani, Rasulullah SAW
bersabda, “Bermaaf-maafanlah kalian niscaya kebencian akan hilang, tukar
menukarlah hadiah niscaya kalian akan saling menyayangi dan dendam pun akan
hilang”. (HR. Malik)
Memberi hadiah tak harus dengan
barang-barang mahal dan mewah. Hadiah yang diberikan dengan keikhlasan hati dan
rasa kasih sayang lebih utama karena akan membuat senang orang yang
menerimanya. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Hai wanita
Muslimat, janganlah seorang tetangga wanita melecehkan (hadiah) tetangga-tetangga
wanitanya meskipun hanya sekedar kuku ternak.”
Keuntungan orang yang bersikap
dermawan adalah dekat dengan Allah SWT, disenangi banyak orang dan terhindar
dari siksa neraka. Sedangkan orang yang bakhil adalah sebaliknya, dia jauh dari
Allah SWT, dibenci banyak orang dan dekat dengan siksa neraka. Diriwayatkan
dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda, “Orang dermawan dekat dengan
Allah, dekat dengan surga, dekat dengan manusia dan jauh dari neraka. Sedangkan
orang bakhil (pelit) jauh dari Allah, jauh dari surga, jauh dari manusia dan
dekat dengan neraka. Sesungguhnya orang bodoh yang dermawan lebih dicintai
Allah SWT daripada orang pintar yang bakhil”. (HR At-Tirmidzi)
Rasulullah SAW adalah manusia yang
paling dermawan. Kedermawanan beliau berlipat ganda sehingga diibaratkan
kedermawanan dan sikap pemurah beliau melebihi angin yang bertiup. Lawan dari
sifat dermawan adalah bakhil atau pelit. Orang yang bakhil adalah orang yang
berpaling dari kebenaran sehingga Allah SWT berfirman:
“Dan diantara mereka ada yang berjanji
kepada Allah SWT: “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian
karunia-Nya kepada kami, pasti kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk
orang-orang yang shalih”. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian
karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling dan mereka
memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). Maka Allah
menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai pada waktu mereka menemui
Allah, karena mereka telah mengingkari terhadap Allah apa yang telah mereka
ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta”. (QS.
At-Taubah: 75-77)
Orang bakhil yang gemar menyimpan
harta hingga mengabaikan kewajibannya membayar zakat maka kelak di hari kiamat
harta-harta simpanannya tersebut akan berubah menjadi ular yang mengerikan dan
akan mencederainya. Dari Abu Hurairah RA., Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa
yang diberikan kekayaan oleh Allah lalu tidak ia tunaikan zakatnya, maka pada
hari kiamat kelak kekayaannya akan menjelma menjadi ular kobra berkepala botak
yang memiliki dua tanduk atau taring yang akan dikalungkan kepadanya. Kemudian
ular itu mematok kedua rahang bawahnya, kemudian berkata, ‘Aku adalah kekayaanmu.
Aku adalah harta simpananmu.”
Dan orang bakhil yang hatinya keras
dan tidak mempedulikan orang lain dapat merugikan masyarakat dengan membiarkan
tetangganya kelaparan sedang dia menimbun banyak bahan makanan maka Allah SWT
akan murka padanya dan hanya adzab Allah yang pantas baginya. Nabi Muhammad SAW
bersabda, “Barangsiapa yang memonopoli makanan selama empat puluh malam,
maka ia telah bebas lepas dari Allah dan Allah bebas lepas darinya. Dan barang
siapa pemilik pelataran (ahl arshah) yang diantara mereka ada satu orang yang
kelaparan maka jaminan Allah telah lepas dari mereka.”
Dalam satu riwayat yang disampaikan
Jabir diceritakan bahwa, “Ketika kami sedang shalat berjamaah bersama
Rasulullah SAW dalam barisan shaf shlata Dzuhur, tiba-tiba beliau mengambil
sesuatu lalu beliau melama-lamakan shalat sehingga orang-orang pun terlambat.
Setelah selesai shalat Ubay bin Ka’ab bertanya kepada Nabi SAW, “Anda telah
melakukan sesuatu dalam shalat yang sebelumnya tidak pernah anda lakukan, ada
apa wahai Rasulullah?” beliau menjawab, “Tadi aku diperlihatkan taman surga
dengan segala bunga-bunga dan buah-buahan yang ranum. Lalu di sana aku memetik
anggur yang ku bawakan (sebagai oleh-oleh) untuk kalian. Akan tetapi ada
sesuatu yang menghalang-halangi antara aku dengannya. Padahal jika bisa aku
bawakan buah anggur itu untuk kalian, niscaya buah itu dapat dimakan oleh semua
orang di antara langit dan bumi tanpa menguranginya sedikit pun. Kemudian aku
diperlihatkan neraka. Saat aku rasakan panas baranya aku langsung menghindar
dan menjauhinya. Orang yang paling banyak aku lihat di dalamnya adalah wanita-wanita
yang apabila diberi amanat (sebuah rahasia) dia malah menyebar-nyebarluaskan
dan jika dimintai ia bakhil padahal apabila meminta dia mendesak”. (HR
Ahmad)
Sabda Rasulullah SAW, “Kedzaliman
adalah kegelapan di hari kiamat. Jauhilah sesuatu yang keji sesungguhnya Allah
tidak menyukai sesuatu yang keji dan perbuatan keji. Jauhilah pula sikap bakhil
sesungguhnya kebakhilan yang membinasakan umat-umat sebelum kamu. Ia
perintahkan mereka untuk memutus hubungan silaturahim lalu mereka memutuskan. Ia
perintahkan mereka bakhil lalu mereka bakhil. Dan ia perintahkan mereka untuk
berbuat maksiat lalu mereka melaksanakannya”.
Dari kedua hadis di atas dapat
diambil pelajaran berharga untuk para wanita muslimah agar menjauhi sifat
bakhil atau pelit. Karena sifat tersebut sangat dibenci Allah SWT dan dapat
menjerumuskan para wanita ke dalam bara panas api neraka. Oleh karena itu
banyak-banyaklah berderma dan mengamalkan doa Rasulullah SAW berikut ini agar
terhindar dari sifat bakhil.
“Allahumma innii a’udzubika minal
bukhli wa a’udzubika minal jubni wa a’udzubika an uradda ilaa ardzal ‘umur wa
a’udzubika min fitnatiddunyaa wa a’udzubika min ‘adzaabal qabri.”
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya
aku berlindung kepada-Mu dari kebakhilan. Aku berlindung kepada-Mu dari sifat
pengecut. Aku berlindung kepada-Mu dari keterpurukan yang paling hina. Aku
berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia (Dajjal). Dan aku berlindung kepada-Mu
dari siksa kubur”.
5.
Menghindari Debat
Debat ialah keinginan melemahkan,
menyalahkan, merendahkan, mematahkan hingga membungkam lawan bicara dengan
pendapat-pendapat yang dimilikinya. Mendebat lawan bicara akan membuat
seseorang merasa hebat, berbangga diri, sombong dan selalu ingin menang. Hal
ini merupakan budi pekerti yang buruk yang harus dihindari oleh setiap wanita
muslimah.
Allah SWT berfirman, “Dan
sesungguhnya Kami telah mengulang-ngulangi bagi manusia dalam Al-Qur’an ini
bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak
membantah”. (QS. Al-Kahfi: 54)
Wanita muslimah, apabila sedang
berdiskusi sebaiknya tidak mengarah pada perdebatan. Tidak ada manfaat yang
didapat dari sebuah perdebatan dan Allah SWT sangat membenci orang-orang yang
senang berdebat. Debat hanya memicu permusuhan, amarah, kebencian dan menyingkap
aib dan keburukan orang lain. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya
orang yang paling dibenci oleh Allah adalah orang yang gemar menyimpang dan
senang bermusuhan.” (HR. Bukhari).
Rasulullah SAW memerintahkan untuk
meninggalkan perdebatan yang minim dari kebaikan. Dan jangan sampai seseorang
yang sedang belajar memanfaatkan ilmunya hanya untuk perdebatan. Hal ini sangat
berbahaya sehingga Umar bin Khatab berpesan, “Jangan mencari ilmu karena
tiga hal dan jangan meninggalkan ilmu karena tiga hal pula yaitu jangan mencari
ilmu karena ingin berdebat, mencari prestise (gengsi) dan pamer. Jangan pula
meninggalkan ilmu karena malu mencarinya, zuhud di dalamnya dan membiarkan
kebodohan dalam dirinya. Debat hanya akan mengeraskan hati dan melahirkan
dendam”
Bilal bin Sa’ad pun menegaskan bahwa
perdebatan hanya menimbulkan banyak kerugian. Ucapannya, “Apabila kau
melihat seseorang yang senang membantah, mendebat dan membanggakan pendapatnya
sendiri maka telah sempurnalah kerugiannya”. Hingga Luqman al-Hakim mewanti-wanti
anaknya untuk tidak sekali-kali mendebat orang lain terutama ulama. Pesannya, “Anakku,
jangan kau debat para ulama karena jika kau melakukan hal itu maka mereka para
ulama akan membencimu”.
Wanita muslimah yang mampu
meninggalkan perdebatan meskipun telah mengetahui sesuatu yang benar maka hal
itu merupakan bentuk kepercayaan diri dan keimanan kepada Allah SWT. Dan pantas
baginya mendapatkan balasan berupa surga dan Rasulullah SAW yang akan menjadi
pemimpin rumahnya di surga nanti. Dari Abu Umamah, Rasulullah SAW bersabda, “Aku
adalah pemimpin di rumah yang berada di pinggiran surga yang diperuntukkan bagi
orang-orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar, juga rumah yang
berada di surga bagian tengah yang diperuntukkan bagi orang yang meninggalkan bohong meski hanya bercanda dan
rumah yang berada di surga bagian atas yang diperuntukkan bagi orang yang baik
budi pekertinya.” (HR. Abu Daud)
Adapun perdebatan yang baik adalah
jika keadaan harus diselesaikan dengan berdebat dan beradu pendapat maka
berdebatlah dengan cara yang bijak dan santun. Tidak dengan suara yang tinggi
dan disertai kemarahan. Melainkan dengan bantahan yang baik dan argumentasi
yang benar sehingga tercipta diskusi yang santun serta saling memaafkan ketika
terjadi kesalahan di antara satu sama lain. Cara perdebatan terpuji ini sesuai
dengan perintah Allah SWT dalam Al-Qur’an, firman-Nya: “Serulah (manusia)
kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125)
6.
Bersikap Baik Terhadap Tetangga
Aspek yang paling pokok dalam hidup
bermasyarakat adalah bertetangga. Kehidupan masyarakat yang damai, aman dan
nyaman dapat tercipta apabila terjalin hubungan yang baik dan harmonis dengan
tetangga. Islam menekankan kepada umatnya tentang pentingnya hidup rukun dalam
bermasyarakat oleh karena itu muncullah anjuran untuk bersikap baik terhadap
tetangga. Bersikap baik terhadap tetangga merupakan salah satu perintah Allah
SWT yang termaktub dalam kitab-Nya yaitu, “Sembahlah Allah dan janganlah
kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada
kedua orang tua (Ibu dan Bapak), karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil,
serta hamba sahayamu. Sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong dan membangga-banggakan diri”. (QS. An-Nisaa: 36)
Dari Uqbah bin Amir bahwa Rasulullah
SAW bersabda, “Orang yang mula-mula bersengketa pada hari kiamat adalah dua
tetangga”. (HR. Ahmad)
Wanita muslimah, pada umumnya setiap
orang pasti menginginkan tinggal di lingkungan yang harmonis. Lingkungan yang
nyaman, yang saling menghormati, menghargai dan membantu satu sama lain, tidak
saling menyakiti, merendahkan dan bermusuhan. Karena memiliki tetangga yang
baik adalah sebuah kebahagiaan untuk itu jangan sampai kita menyakiti tetangga
dengan perbuatan dan ucapan yang buruk. Hal tersebut termasuk perbuatan dosa
yang harus dihindari.
Sabda Rasulullah SAW, “Ada empat
hal yang termasuk dalam kebahagiaan yaitu istri yang shalihah, tempat tinggal
(rumah) yang luas, tetangga yang baik dan kendaraan yang nyaman. Dan empat hal
yang termasuk kesengsaraan bagi seseorang yaitu tetangga yang senang
mengganggu, istri yang tidak taat, kendaraan yang buruk dan tempat tinggal yang
sempit”. (HR. Ibnu Hibban)
Allah SWT berfirman, “Dan
orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang
mereka perbuat maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang
nyata”. (QS. Al-Ahzab: 58)
Betapa pentingnya senantiasa
bersikap baik terhadap tetangga hingga Jibril mewasiatkan hal itu berulang kali
kepada Rasulullah SAW. Suatu ketika nabi Muhammad SAW terpaku begitu lama saat
berbicara dengan seorang laki-laki di hadapannya sehingga para sahabat perawi
hadis yang melihat kejadian itu menaruh iba terhadap beliau. Setelah Rasulullah
SAW selesai berbicara dengan laki-laki itu, salah seorang sahabat ada yang
bertanya perihal laki-laki tadi. Dan beliau menjawab, “Jibril terus menerus
mewasiatiku soal tetangga sampai-sampai aku kira dia seolah-olah akan
menjadikannya sebagai ahli waris”. (HR. Jama’ah)
Hal senada diceritakan pula dari
Aisyah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Jibril selalu berwasiat kepadaku
tentang tetangga sampai-sampai aku menyangka bahwa tetangga akan dijadikan
sebagai ahli waris.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Berdasarkan surat An-Nisaa ayat 36
yang disebutkan di awal pembahasan ini, terdapat dua macam jenis tetangga yaitu
tetangga dekat dan tetangga jauh. Pertama, tetangga dekat adalah yang masih
memiliki hubungan kekerabatan dan kedua, tetangga jauh adalah yang tidak
memiliki hubungan kekerabatan termasuk juga tetangga non muslim.
Setiap tetangga memiliki hak dan ada
tiga jenis kelompok tetangga yang berdasarkan pada hak-haknya. Pertama,
tetangga muslim yang masih kerabat atau saudara memiliki tiga hak yakni hak tetangga,
hak kekerabatan dan hak sesama muslim. Kedua, tetangga muslim yang bukan
kerabat atau saudara memiliki dua hak yakni hak tetangga dan hak sesama muslim.
Dan yang terakhir, tetangga non muslim yang memilik satu hak yakni hak
tetangga.
Adapaun mengenai hak-hak tetangga
Rassullah SAW menjelaskannya di dalam hadis berikut ini. Para sahabat pernah
bertanya kepada nabi Muhammad tentang hak-hak tetangga dan beliau menjawab, “Apabila
dia meminjam uangmu maka pinjamkanlah dia. Apabila dia meminta bantuanmu maka
bantulah dia. Apabila dia membutuhkanmu, berilah dia. Apabila dia kefakiran,
besuklah dia. Apabila dia mendapat kebaikan, ucapkanlah selamat baginya.
Apabila dia tertimpa musibah, hiburlah hatinya. Apabila dia meninggal, iringi
jenazahnya. Jangan tinggikan bangunan rumahmu hingga menghalangi tiupan angin
sampai ke rumahnya kecuali atas izinnya. Jangan sakiti dia dengan aroma
masakanmu kecuali engkau membagikan masakanmu untuknya. Apabila engkau membeli
buah-buahan, hadiahilah dia. Apabila tidak dapat menghadiahkan padanya,
bahagiakanlah dia dan laranglah anakmu keluar rumah sambil memamerkan buah
tersebut hingga membuat tetanggamu merasa iri. Dan apabila tetanggamu memiliki
kekurangan maka tutuplah aibnya.”
Hubungan dengan tetangga ada
kaitannya dengan hubungan manusia terhadap tuhannya. Kesaksian tetangga yang
akan menilai baik buruknya seseorang dalam berinteraksi sosial. Dari Abdullah
bin Mas’ud ia berkata, “Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW,
‘Bagaimana saya dapat mengetahui bahwa saya telah berbuat baik atau berbuat
buruk?’. Beliau SAW menjawab, ‘Apabila kamu mendengar tetangga-tetanggamu
mengatakan kamu baik maka kamu benar-benar telah berbuat baik. Dan apabila kamu
mendengar mereka mengatakan bahwa kamu buruk maka kamu benar-benar telah
berbuat buruk.” (HR. Ibnu Majah)
Orang yang tidak bersikap baik
terhadap tetangga, melanggar hak-hak tetangga bahkan mengganggu ketenangannya
maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim dan dosa. Orang yang berahlak seperti
itu pantang baginya kenikmatan surga. Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah
SAW telah bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang yang tetangganya
tidak aman dari gangguan-gangguannya”. (HR. Muslim)
Untuk itu wanita muslimah,
senantiasalah menjunjung tinggi tanggung jawab kehidupan bertetangga yang
rukun, damai dan sejahtera. Karena sikap kita terhadap tetangga menjadi salah
satu faktor yang dapat mengantarkan ke surga atau malah sebaliknya menjatuhkan
diri ke lembah neraka. Dari Abu Hurairah, dia berkata, “Ada seorang
laki-laki berkata, “Wahai Rasulullah, si wanita itu terkenal dengan sifat
rajinnya dalam shalat, berpuasa, daan bersedekah akan tetapi dia sering
menyakiti tetangga-tetangganya dengan perkataan usilnya.” Rasulullah SAW menukas,
“Ia di neraka”. Lalu laki-laki itu berkata lagi, “Sementara itu, wanita satunya
lagi terkenal sangat sedikit beribadah puasa, sedekah dan shalat namun dia
gemar memberi sepotong keju kepada tetangganya dan dia tidak pernah menyakiti
tetangganya dengan perkataan buruk.” Beliau kembali menukas, “Ia di surga”. (HR.
Ahmad)
7.
Menyingkirkan Gangguan dari Jalan
Perbuatan sederhana yang sering kali
dianggap remeh terkadang justru berdampak besar bagi pelakunya hingga berbuah
kenikmatan surga. Pertanyaannya, perbuatan sederhana apa yang sedemikian hebat
yang dapat mengantarkan seseorang menjadi penghuni surga nan kekal abadi. Jawabnya
adalah menyingkirkan sesuatu yang membahayakan di jalan seperti batu, duri, serpihan
kaca, ranting pohon atau tulang.
Rasulullah SAW pun menyebutkan bahwa
menyingkirkan sesuatu yang membahayakan dari jalan merupakan sebagai salah satu
cabang keimanan. Dalam hadis beliau telah dikatakan bahwa, “Iman itu ada
tujuh puluh atau enam puluh sekian cabang. Yang paling utama ialah ucapan Laa
ilaaha illallah dan yang paling rendah ialah menyingkirkan sesuatu dari jalanan
dan rasa malu termasuk cabang keimanan.” (HR. Muslim)
Perbuatan tersebut kelihatannya
sepele dan mudah dilakukan akan tetapi apabila dalam diri seseorang tidak
memiliki keimanan, kepekaan, serta kepedulian sosial maka perbuatan tersebut
akan terasa berat dilakukan. Padahal perbuatan tersebut adalah perhiasan
keimanan dan merupakan bagian dari macam-macam sedekah serta amalan baik.
Sebagaimana hadis yang dijelaskan
dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Setiap ruas persendian
manusia memiliki sedekah setiap hari seiring terbitnya matahari. Berlaku adil
antar dua orang adalah sedekah. Membantu seseorang menaiki kendaraannya lalu
memapah ke atasnya atau membantu menaikkan beban bawaannya ke atas kendaraan
adalah sedekah. Ucapan yang baik adalah sedekah. Setiap langkah kaki yang
diayunkan menuju tempat shalat adalah sedekah. Dan menyingkirkan sesuatu yang
membahayakan dari jalan adalah sedekah.” (HR. Bukhari)
Dan hadis yang bersumber dari Abu
Dzar bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Aku pernah diperlihatkan seluruh amalan
umatku, yang baik ataupun yang buruk. Aku lihat di bagian amalan baik ada benda
menyakitkan manusia yang disingkirkan dari jalanan.” (HR. Muslim)
Setiap wanita muslimah tentunya
senang melihat keindahan alam ciptaan Allah SWT. Apa jadinya jika lingkungan di
sekitar kita dipenuhi banyak sampah kotoran serta pencemaran limbah akibat ulah
dari tangan manusia itu sendiri. Sudah pasti akan menimbulkan berbagai penyakit
dan kerugian lainnya. Untuk itu, setiap individu wajib melakukan tindakan/aksi
yang dimulai dari perbuatan sederhana dengan menyingkirkan hal-hal yang
membahayakan manusia dari jalanan seperti membuang sampah pada tempatnya,
memotong dahan pohon yang menyeruak ke jalanan, menyingkirkan kawat berduri,
batu atau tulang dari jalanan yang dikahawatirkan akan membahayakan keselamatan
jiwa manusia. Selanjutnya dapat ditingkatkan ke lingkup yang lebih luas dan
besar agar tercipta kesejahteraan bagi semua makhluk hidup. Sebagaimana yang
telah disinggung dalam hadis sebelumnya.
Bagi wanita muslimah yang
memperhatikan pentingnya perbuatan sederhana ini sehingga dengan kerendahan
hati dia dapat mengamalkannya. Maka baginya balasan besar berupa kenikmatan di
surga kelak. Karena perbuatanya itu dapat membuat orang lain terhindar dari
bahaya dan celaka.
Dari Aisyah diceritakan bahwa
Rasulullah SAW bersabda, “Setiap manusia yang merupakan anak turunan Adam
diciptakan dengan tiga ratus enam puluh sendi. Barang siapa yang bertakbir,
bertahmid, bertahlil, bertasbih, beristighfar pada Allah, menyingkirkan batu
dari jalan yang dilalui manusia ataupun menyingkirkan duri juga tulang dari
jalan yang dilalui manusia, memerintahkan yang baik atau melarang yang munkar
sejumlah tiga ratus enam puluh ruas persendiaan maka pada hari itu dia telah
berjalan sambil menyingkirkan dirinya dari api neraka.” (HR. Muslim)
Dalam hadis yang senada diceritakan
dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Aku melihat seorang
laki-laki merebahkan diri di surga, di bawah pohon yang dulu ia tebang dari
ruas jalan karena berpotensi bahaya bagi manusia.” (HR. Muslim)
Sabda Rasulullah SAW, “Ada
seseorang yg melewati sebatang ranting pohon yg menjuntai ke jalan. Kemudian
orang tersebut berkata; 'Demi Allah, saya akan menyingkirkan ranting pohon ini
agar tak mengganggu kaum muslimin yg lewat.' Akhirnya orang tersebut dimasukkan
ke dalam surga
Begitulah kecantikan pribadi
muslimah yang sebenarnya. Kecantikan yang diridhai Allah SWT yang harus dijaga
dan dirawat dengan selalu taat kepada Allah SWT, dengan menjalankan syariat
serta menjauhkan diri dari segala bentuk kemurkaan-Nya. Kecantikan abadi yang
buahnya dapat dipetik hingga di kehidupan akhir nanti. Dan semoga kita termasuk
wanita muslimah yang memiliki keterbukaan hati serta senantiasa mendapat
hidayah dari Allah SWT.
Firman
Allah SWT:
“Orang-orang yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka
itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah
orang-orang yang mempunyai akal”.
(QS.
Az-Zumar, 39: 18)
|
*Tulisan ini diambil dari buku karya saya yang berjudul Cantik Luar Dalam ala Muslimah